Sabtu, 28 April 2018

pskologi pendidikan

Psikologi Pendidikan – Pengertian, Peran, Teori dan Manfaat

Hasil gambar untuk psikologi pendidikan
Psikologi diartikan sebagai studi ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan dan tingkah laku manusia (Slater, 2005). Psikologi pendidikan dimaksudkan untuk memberikan pengaruh dalam kegiatan pendidikan pembelajaran dan proses belajar mengajar yang lebih efektif dengan memperhatikan respon kejiwaan dan  tingkah laku anak didik. Keadaan sistem pembelajaran, cara mengajar, dan anak didik di setiap daerah tidaklah sama.


Pengertian Psikologi Pendidikan Menurut Para AhliKebiasaan anak didik ketika berada di lingkungan keluarga dan lingkungan pendidikan terkadang juga berbeda. Psikologi pendidikan muncul untuk memberikan perbaikan pada dunia pendidikan dalam menerapkan kurikulum, proses belajar mengajar, layanan konseling dan evaluasi untuk mendapatkan kualitas anak didik yang lebih ba
  • Psikologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku dan gejala gejala jiwa manusia (Abu, 2003).
  • Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia dalam suatu pembelajaran atau pelatihan (KBBI).
  • Menurut Muhibin Syah (2003), psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang membahas masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan.
  • Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor – faktor yang berhubungan dengan dunia pendidikan (Whiterington, 1982).
  • Sementara itu, Djiwandono (2002), mengatakan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku dan pengalaman manusia.
Psikologi pendidikan bermaksud untuk menerapkan psikologi ke dalam proses yang membawa pengubahan tingkah laku, dengan kata lain untuk mengajar. Sedangkan arti psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang belajar, pertumbuhan, dan kematangan individu serta penerapan prinsip – prinsip ilmiah terhadap reaksi manusia. Pendidikan tersebut bertujuan untuk mempengaruhi proses mengajar dan belajar.
Pengertian psikologi pendidikan menurut para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan merupakan disiplin ilmu psikologi yang mempengaruhi proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan.

Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan

Psikologi pendidikan memiiliki ruang lingkupnya yang menjadi dasar dan batas atau yang membedakan dengan keilmuan psikologi lainnya. Menurut Sumadi Suryobroto, ruang lingkup psikologi pendidikan antara lain
  • Pengetahuan
Pendidik atau guru perlu memilik pengetahuan yang lebih untuk memberikan pengajaran pada anak didiknya. Proses belajar mengajar memberikan dampak secara pengetahuan (kognitif) pada peserta didik yang awalnya tidak tahu tentang materi yang diberikan menjadi tahu. Guru atau pengajar perlu memiliki pengetahuan tentang metode pembelajaran dan pengetahuan lainnya tentang masalah yang mungkin ada pada peserta didik.
Pengetahuan tentang aktivitas jiwa peserta didik, intelegensi, kepribadian, karakter individu, bakat peserta didik, tumbuh kembangnya, pembinaan disiplin di dalam kelas, motivasi belajar, perilaku guru, strategi belajar mengajar, dan masalah masalah khusus dalam pengajaran dan pendidikan.
  • Pembawaan
Proses pembelajaran yang interaktif dari guru akan memberikan motivasi dan respon positif dari anak didik saat proses belajar mengajar. Pembawaan dimiliki seorang pengajar sebagai gaya penyampaian materi, konsep pengajaran selama berada di kelas. Dan juga diperlukan untuk mengubah suasana yang menstimulus siswa selalu aktif akan meningkatkan kualitas hasil pembelajaran.
  • Proses – proses tingkah laku
Menurut Soerjabrata, psikologi pendidikan ditinjau secara dinamis yakni mencakup perubahan perilaku seperti :
  1. Perubahan perilaku karena pertumbuhan dan perkembangan.
  2. Perubahan perilaku karena belajar merupakan faktor yang penting dalam pembelajaran.
Proses pembelajaran interaktif yang diberikan oleh guru kepada peserta didik akan memunculkan perubahan perilaku seperti ketrampilan selama proses pembelajaran seperti berbicara di depan kelas, berdiskusi, ataupun kegiatan yang melibatkan respon sensorik dan motorik. Kegiatan tersebut memberikan perubahan pada peserta didik menjadi lebih aktif dan perubahan sikap (afektif) dari sikap yang kurang baik menjadi sikap yang positif. Sikap positif yang dibawa saat kembali ke dalam keluarga, ke masyarakat merupakan hasil proses pendidikan yang berkualitas.

  • Hakikat dan ruang lingkup belajar
Hakikat merupakan hal yang mendasari dalam proses belajar. Hakekat dan ruang lingkup belajar mengacu proses pembelajaran seperti interaksi, materi yang diberikan kepada siswa.
  • Perkembangan siswa
Guru mempengaruhi perkembangan siswa dari tingkah laku yang ditunjukkan ketika di kelas, ketertarikan atau keaktifan saat mengikuti pelajaran, hasil yang didapatkan ketika tes. Dan juga perkembangan siswa yang tampak dari sikap, cara berbicara, interaksi dengan guru dan temannya. Semua itu merupakan hasil dari proses pembelajaran. Perkembangan yang positif jika dilihat kemajuan siswa dalam interaksinya maupun intelegensinya meningkat ke arah yang baik.
  • Faktor yang mempengaruhi belajar
Situasi belajar sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Situasi seperti tempat dan suasana sangat mempengaruhi keberhasilan mengajar seorang guru. Kondisi ruang kelas, ruang laboratorium, ruang perpustakaan merupakan fasilitas yang membantu mempengaruhi kualitas belajar mengajar.
Kondisi ruangan dari kebersihan, sirkulasi udara, kapasitas ruangan yang memadai, kondisi bangku dan tempat duduk, penerangan, dan kondisi tenang dibutuhkan akan membangkitkan minta belajar peserta didik dan juga semangat mengajar guru. Sikap guru, semangat kelas, sikap keluarga dan masyarakat juga merupakan faktor yang mempengaruhi situasi belajar dan pada akhirnya mempengaruhi kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Faktor lain yang mempengaruhi belajar berasal dari dalam atau diri siswa yaitu motivasi, bakat, intelegensi, kemampuan diri menyesuaikan dengan lingkungan belajar.
  • Pengukuran pendidikan
Pengukuran pendidikan merupakan evaluasi yang dilakukan terhadap peserta didik setelah mendapatkan proses pembelajaran dalam waktu tertentu untuk mengukur perkembangan pendidikan yang telah didapat.
  • Aspek praktis pengukuran
Aspek praktis pengukuran merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengetahui perubahan perilaku siswa hasil dari proses pembelajaran.
  • Transfer belajar
Pembelajaran dengan sistem dan interaksi yang baik dan positif dengan komunikasi yang menyenangkan antara guru dan anak didik menyebabkan anak didik menerima ilmu yang diberikan dan menyukai gurunya. Namun, jika interaksi dan komunikasi guru pada siswa kurang baik, maka siswa akan menjadi tidak suka dan menunjukkan sikap yang negatif. Sikap positif yang diajarkan dan diterapkan selama di sekolah akan dimiliki oleh siswa seperti yang awalnya tidak disiplin menjadi disiplin, yang sebelumnya tidak bisa berpakaian rapi menjadi berseragam dengan rapi.
  • Kesehatan mental
Kesehatan mental anak didik ditandai dengan keikutsertaannya dan keaktifannya dalam mengikuti setiap kegiatan pembelajaran baik secara individu maupun berkelompok.
  • Pendidikan karakter
Karakter psikologi dibentuk dari budaya yang diterapkan selama masa pembelajaran di bangku sekolah oleh pendidik. Budaya berupa aturan aturan kedisplinan ataupun asas dari kebudayaan yang ada pada suatu daerah.
  • Kurikulum pendek
Kurikulum merupakan kerangkan pembelajaran untuk tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.

Teori Belajar dalam Psikologi Pendidikan

Terdapat beberapa terori – teori psikologi pendidikan yang menjadi konsep dasar pelaksanaan psikologi dalam dunia pendidikan.
  • Teori Behaviorisme
Menurut teori behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut merupakan dampak  dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dapat diartikan bahwa belajar merupakan bentuk perubahan tingkah laku pada siswa dari interaksi terhadap stimulus. Seseorang dikatakan sudah belajar jika terdapat perubahan pada perilakunya.
Kemudian, dalam teori ini, konsep yang diutamakan adalah input atau stimulus yang diberikan seperti guru mengajarkan pada siswa cara membaca. Kemudian output yang merupakan hasil atau respon akibat dari stimulus, seperti siswa menjadi bisa membaca walaupun masih terbata- bata. Hal tersebutlah yang dikatakan belajar. Namun apabila pada outputnya siswa masih belum bisa membaca, maka proses tersebut belum dikatakan sebagai kegiatan belajar karena tidak ada hasil dari stimulus yang diberikan.
  • Operant conditioning Theory
Operant conditioning adalah tipe pembelajaran dimana perilaku dikontrol oleh konsekuensi yang bisa diperoleh. Kunci dari operant conditioning ini adalah dukungan positif dan negatif, hukuman positif dan negatif. Dukungan positif adalah memberikan sesuatu yang menyenangkan pada suatu perilaku. Contohnya : guru yang memberikan pujian pada siswanya karena telah menjawab dengan benar. Dukungan negatif adalah membuang sesuatu yang tidak menyenangkan sebagai sikap yang bisa diterima. Contohnya : Di luar sangat bising, sehingga menyalakan TV dengan keras membuat lebih nyaman dan mengurangi suara bising yang tidak menyenangkan.
Kemudian, hukuman positif digunakan untuk mengurangi perilaku yang tidak menyenangkan. Contohnya : Ketika ada seorang anak yang nakal di kelas, dia menerima hukuman berdiri di depan kelas. Hukuman negatif digunakan untuk mengurangi perilaku yang tidak menyenangkan dengan mengambil sesuatu yang menyenangkan. Contoh : Kevin merusak boneka adiknya, sehingga dia tidak diperbolehkan main di luar dengan temannya (Saul, 2015).
  • Classical conditioning Theory
Classical conditioning merupakan teori dengan melibatkan pembelajaran pada perilaku baru melalui suatu proses yang berkesinambungan. Terdapat tiga tahapan pada teori ini dengan pemberian stimulus baru pada masing masing tahapan.
  1. Tahap 1 – Before Conditioning: pada tahap ini stimulus dari lingkungan yang mengeluarkan respon yang belum dipelajari dan terdapat respon yang tidak pernah terfikirkan. Contoh : Parfum dapat menimbulkan respon kebahagiaan.
  2. Tahap 2 – During Conditioning: Stimulus dari lingkungan tidak berespon berhubungan dengan stimulus yang sudah diketahui. Contoh : parfum mungkin berkaitan dengan seseorang.
  3. Tahap 3 After Conditioning: terbentuknya respon yang baru. Contoh : Seseorang yang sebelumnya berkaitan dengan parfum yang harum menjadi sangat memikat (Mcleod, 2008).

  • Teori Kognitif
Teori kognitif memfokuskan perubahan proses mental dan struktur yang terjadi sebagai hasil dari upaya untuk memahami sekitar. Teori kognitif dugunakan untuk proses pembelajaran yang sederhana seperti mengingat nomor telepon dan lainnya. Kemudian, teori kognitif memiliki empat pronsip dasar : (1) Siswa aktif untuk mendapatkan pemahaman tentang pengetahuan yang diberikan, (2) Pengembangan pengetahuan tergantung terhadap apa yang sudah mereka pelajari, (3) belajar membangun pengalaman (4) belajar merupakan perubahan struktur mental seseorang.
  • Koneksionisme
Teori koneksionisme dikembangkan oleh Edward L. Thorndike (1878- 1949) dan dikenal dengan teori stimulus – respon. Menurutnya, dasar belajar merupakan asosiasi dari stimulus dan respon. Stimulus akan memberikan pesan pada panca indera lalu memberikan respon dengan perilaku. Asosiasi seperti hal tersebut disebut koneksi. Prinsip itulah yang disebut koneksionisme.

  • Teori Gestalt
Gestalt merupakan teori yang menjelaskan proses persepsi melalui penataan komponen sensasi yang memiliki hubungan atau pola menjadi kesatuan. Disimpulkan bahwa, seseorang cenderung melihat sesuatu di sekitarnya sebagai kesatuan yang utuh. Teori Gestalt menjelaskan bagaimana persepsi visual bisa terbentuk. Misalnya, ketika kita sedang melihat awan dan melihat suatu bentuk yang mirip suatu objek.

Peran Psikologi terhadap Pendidikan

Psikologi pendidikan sudah menjadi dasar pembentukan dan pengembangan sistem kurikulum, pembelajaran,d an penilaian dalam dunia pendidikan. Kontribusinya terhadap perkembangan dunia pendidikan dapat dijelaskan sebagai berikut :
  1. Peran psikologi terhadap kurikulum pendidikan
Secara psikologis, pengembangan diri siswa didasarkan pada kemampuan afektif, kognitif, dan psikomotor. Kemampuan tersebut dapat dilihat dari perkembangan sikap, motivasi, tingkah laku, dan komponen lainnya. Komponen pembelajaran merupakan proses dari input ke output. Lalu, penggunaan kurikulum sebagai kerangka alur input menuju output atau hasil yang baik memerlukan hakikat – hakikat psikologi.
Kurikulum yang saat ini sedang dikembangkan adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi bertujuan untuk mengembangkan kemampuan pada ketrampilan, pengetahuan, dan refleksi dalam berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak dengan refleksi diri yang konsisten memungkinkan terbentuknya suatu individu individu yang unggul dan kompeten.
  1. Peran psikologi terhadap sistem pembelajaran
Terkait dengan teori teori psikologi yang berdampak pada seseorang dalam bertingkah laku, psikologi juga mempengaruhi sistem pembelajaran pada dunia pendidikan dengan positif. Siswa menjadi bersungguh – sungguh belajar ketika respon psikologinya dibimbing oleh pengajar dengan baik.
Dan juga, proses pemahaman pembelajaran suatu topik menjadi lebih mudah dengan penyelesaian masalah-masalah pembelajaran yang dialami. Keinginan atau hasrat menjadi lebih tinggi dengan pendekatan psikologi dari guru dengan interaksi dan komunikasi yang menyenangkan.
Selain itu psikologi pendidikan juga telah melahirkan prinsip prinsip pembelajaran seperti yang dipaparkan oleh Sudirwo, 2002 :
  • Seseorang yang belajar harus memiliki sebuah tujuan.
  • Tujuan dilahirkan dari kebutuhan bukan paksaan
  • Harus bersedia mengalami beberapa kesulitan.
  • Belajar itu dibuktikan dengan perubahan perilaku.
  • Belajar membutuhkan insight apa yang harus dipelajari dan dipahami.
  • Seseorang membutuhkan bimbingan.
  • Ujian perlu dilakukan namun didahului dengan pemahaman.
  1. Peran psikologi terhadap sistem penilaian
Psikologi juga telah memberikan peranannya dalam sistem penilaian. Misalnya, dengan tes psikologi untuk mengetahui tingkat kecerdasan siswa, tes bakat untuk mengetahui bakat yang potensial terdapat dalam diri siswa sehingga lebih mudah memberikan bimbingan dalam membantu mengembangkan potensi diri siswa.
Tes aspek kepribadian juga dapat membantu guru mengenal lebih baik pribadi siswanya sehingga bisa memberikan pendekatan yang lebih baik lagi dalam proses pembelajaran. Berbagai tes psikologi tersebut membantu memberikan penilaian terhadap masing masing siswa untuk mempermudah menjembatani keinginan, potensial, maupun impian siswa sesuai dengan kemampuan dan bakatnya.

Manfaat Mempelajari Psikologi Pendidikan

Terdapat beberapa manfaat mempelajari psikologi pendidikan menurut Muhammad dan Wiyani (2013), yaitu :
  1. Memahami perbedaan siswa
Masing masing siswa memiliki kemampuan dan potensi yang berbeda beda. Sebagai guru, perlu untuk memahami perbedaan perbedaan karakteristik setiap siswa, tahap tumbuh kembangnya, serta tipe perilakunya. Pemahaman tersebut dapat menghasilkan interaksi pembelajaran yang sesuai dan pembelajaran yang efektif serta efisien.
Tidak hanya itu, pemahaman guru terhadap perbedaan-perbedaan tersebut memungkinkan untuk memberikan interaksi belajar yang berbeda pula pada setiap siswa agar pendekatan dan proses belajar lebih bisa diterima tanpa membeda bedakan siswa secara personal atau pilih kasih.
  1. Menciptakan iklim belajar yang kondusif di kelas
Kemampuan guru menciptakan iklim belajar yang kondusif meningkatkan efektifitas kegiatan belajar mengajar dalam kelas. Pengetahuan tentang prinsip-prinsip dasar pendekatan dan interaksi yang menyenangkan kepada siswa sesuai dengan masing masing karakteristik siswa, akan memberikan iklim belajar yang kondusif dan proses pembelajaran yang efektif.
  1. Memilih strategi pembelajaran yang tepat
Mempelajari psikologi untuk mengenal karakteristik masing masing siswa dan mengenal metode pembelajaran yang disukai, akan memberikan kemampuan untuk memilih strategi pembelajaran yang tepat di dalam kelas. Strategi pembelajaran yang sudah tepat, akan memberikan situasi efektif belajar mengajar.
  1. Memberikan bimbingan pada siswa
Psikologi memberikan kemampuan kepada guru untuk menjadi seorang pembimbing bagi siswanya dengan pendekatan emosional dari hati ke hati untuk mendapatkan kepercayaan siswa. Ketika siswa sudah memberikan rasa percayanya kepada guru, maka proses membantu penyelesaian masalah untuk proses pembelajaran yang efektif akan dapat dilakukan dengan mudah.
  1. Berinteraksi dengan tepat dengan siswa
Prinsip-prinsip psikologi mendasari cara berkomunikasi yang tepat dalam pembelajaran. Komunikasi dengan siswa dinyatakan dengan menempatkan diri sesuai tahapan tumbuh kembang siswa. Sehingga dapat memberikan suatu interaksi yang menyenangkan. Penyesuaian dengan tahapan rumbuh kembang siswa menciptakan pemahaman pengajar dari sudut siswa dan mengetahui keinginan atau proses pembelajaran yang disukai dan juga karakter masing masing siswa.
  1. Memberikan evaluasi hasil pembelajaran
Sebagai seorang pendidik, dengan mempelajari psikologi pendidikan akan mampu memberikan penilaian hasil pembelajaran secara adil. Selain itu juga dapat menyesuaikan dengan kemampuan masing-masing siswa tanpa membedakan satu dengan yang lainnya. Evaluasi hasil pembelajaran bisa berupa nilai ujian secara intelegensi, nilai sikap, dan nilai keaktifan mengikuti kegiatan sekolah. Ketiga hal tersebut menentukan kualitas perbaikan itngkah laku siswa menjadi lebih baik.
  1. Memotivasi belajar
Bekal psikologi pendidikan untuk pengajar agar pengajar mampu memberikan dukungan, dorongan atau motivasi untuk siswanya dalam semangat belajar yang lebih tinggi. Psikologi pendidikan mengajarkan tentang memahami masing masing karakteristik siswa dan memberikan motivasi sesuai dengan karakter tersebut agar lebih efektif mempengaruhi semangat belajar siswa. Pemberian dukungan positif kepada siswa menghasilkan semangat belajar yang meningkat.
  1. Menetapkan tujuan pembelajaran
Psikologi pendidikan membantu pegajar untuk menentukan tujuan pembelajaran terhadap perubahan perilaku seperti apa yang diinginkan sebagai hasil pembelajaran. Tujuan pembelajaran ditetapkan pada setiap materi yang akan diberikan. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran dijadikan patokan kesesuaian hasil pembelajaran apakah nantinya dianggap berhasil atau tidak.
  1. Penggunaan media pembelajaran yang tepat
Pengetahuan psikologi pendidikan juga bermanfaat untuk menentukan media pembelajaran yang tepat untuk siswa, misalnya media audio, visual, motorik, dan lain sebagainya sebagai aktivitas pembelajaran yang menyenangkan. media pembelajaran juga disesuaikan dengan materi belajar yang akan disampaikan. Siswa terkadang lebih tertarik dengan proses pembelajaran yang menggunakan komponen audiovisual dalam proses pemahaman materi dan lebih efisien dalam pengembangan imajinasi siswa.
  1. Penyusunan jadwal pelajaran yang sesuai
Penyusunan jadwal pelajaran juga disesuaikan dengan kondisi siswa, seperti pelajaran yang butuh pemikiran lebih rumit seperti matematika akan lebih baik jika diletakkan pada jam belajar pertama, saat pikiran siswa masih segar dan konsentrasinya masih maksimal. Jika mata pelajaran seperti matematika diletakkan pada akhir kelas, maka hal itu tidak akan efektif. Siswa sudah lelah, daya tangkapnya menurun, konsentrasi menurun, dan pembelajaran menjadi tidak efektif. 
Psikologi pendidikan memberikan dampak dan manfaat dari berbagai aspek dalam pembelajaran. Psikologi pendidikan membantu pengajar untuk memahami siswa lebih dalam berdasarkan karakteristiknya, tahap tumbuh kembangnya, perilaku dan tingkah lakunya, secara emosional untuk memberikan proses belajar mengajar yang tepat dan sesuai sehingga menghasilkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Proses pembelajaran yang baik tersebut akan berdampak pada hasil yang memuaskan. Siswa yang mendapatkan proses pembelajaran baik, akan menerapkan pola pola kebiasaan yang baik setelah dirinya masuk ke dalam keluarga dan masyarakat dan memberikan dampak perilaku positif dalam setiap kehidupannya. 
Artikel tentang psikologi pendidiikan ini semoga dapat membantu para pengajar untuk lebih memahami karakter siswanya dan menyesuaikan proses pembelajaran yang tepat sehingga mampu menghasilkan generasi generasi yang unggul baik secara intelegensi maupun sikap dan perilaku yang nantinya dibawa dalam kehidupan bermasyarakat sehingga mampu memberikan peranan positif dan bermanfaat.

sumber : https://dosenpsikologi.com/psikologi-pendidikan

0 komentar:

Posting Komentar